Rusia Ukraina Masih Bergejolak, Bos Bank Dunia Ingatkan Soal Resesi Global!

- Sabtu, 28 Mei 2022 | 18:49 WIB
Ilustrasi Resesi Ekonomi (Pixabay/Ghina Atika)
Ilustrasi Resesi Ekonomi (Pixabay/Ghina Atika)

FAKTAIDN - Presiden Bank Dunia David Malpass memperingatkan bahwa invasi Rusia ke Ukraina dapat menyebabkan resesi global karena harga pangan, energi, dan pupuk melonjak.

"Saat kita melihat PDB global, sulit sekarang untuk melihat bagaimana kita menghindari resesi," kata Malpass dikutip dari BBC Internasional, Kamis (26/5/2022).

Dia juga mengatakan bahwa banyak negara Eropa masih terlalu bergantung pada Rusia untuk urusan minyak dan gas. Hal ini bahkan seiring dengan langkah negara-negara di Barat mengurangi ketergantungan mereka pada energi Rusia.

Baca Juga: Kecelakaan Maut Libatkan Banyak Kendaraan di Jalan Raya Serang - Pandeglang, 1 Korban Meninggal Dunia

Sementara itu, menurut dia, langkah Rusia memotong pasokan gas dapat menyebabkan perlambatan substansial di wilayah tersebut. Dia mengatakan harga energi yang lebih tinggi sudah membebani Jerman, yang merupakan ekonomi terbesar di Eropa dan terbesar keempat di dunia.

Sementara negara-negara berkembang terpengaruh oleh kekurangan pupuk, makanan, dan energi.

Lebih lanjut, Malpass mengaku prihatin dengan kebijakan lockdown di beberapa kota besar di China, termasuk keuangan, manufaktur dan pengiriman Shanghai. Di mana hal ini juga berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia.

Baca Juga: KBRI Swiss Jelaskan Kronologi Hilangnya Putra Ridwan Kamil Hingga Pencarian Masif oleh Tim SAR

"China sudah mengalami beberapa kontraksi real estat, sehingga perkiraan pertumbuhan China sebelum invasi Rusia telah melunak secara substansial untuk 2022. Kemudian gelombang Covid menyebabkan penguncian yang semakin mengurangi ekspektasi pertumbuhan untuk China," katanya.

Sebelumnya, Perdana Menteri China Li Keqiang mengatakan negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu terpukul lebih keras oleh kebijakan lockdown baru-baru ini daripada pada awal pandemi 2020 lalu.

"Kemajuannya tidak memuaskan. Beberapa provinsi melaporkan bahwa hanya 30% bisnis yang telah dibuka Kembali. Rasionya harus dinaikkan menjadi 80% dalam waktu singkat," ujarnya.

Baca Juga: Baru Dinyatakan Lulus Test, 105 CPNS Malah Mengundurkan Diri dengan Alasan Gaji Kecil

Diketahui China telah menerapkan kebijakan lockdown penuh atau sebagian di berbagai kota pada Maret dan April, termasuk penutupan Shanghai. Langkah-langkah tersebut telah menyebabkan perlambatan tajam dalam kegiatan ekonomi di seluruh negeri.

Dalam beberapa minggu terakhir, angka resmi menunjukkan bahwa sebagian besar ekonomi telah terpengaruh, dari produsen hingga pengecer. ***

Halaman:

Editor: Rizal Muhammadi

Sumber: BBC

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X