FAKTAIDN - Menjadi negara dengan curah hujan yang cukup tinggi, tak menutup kemungkinan bahwa Indonesia tidak akan terkena krisis kemarau. Atau yang biasa dikenal dengan El Nino.
El Nino adalah keadaan dimana suhu perairan di Pasifik timur dan tengah yang membuat suhu dan kelembapan atmosfer uang berada di atasnya meningkatkan.
Dimana perisitiwa ini menyebabkan tekanan udara pada barat samudera Pasifik menghambat pertumbuhan awan di laut Indonesia, dan membuat curah hujan menurun secara tidak normal di beberapa wilayah.
Baca Juga: Warning, BMKG Beri Peringatan Gelombang Tinggi 2,5 M Bakal Terjadi di Selat Badung dan Lombok
Pada Maret lalu, BMKG melakukan konferensi pers di Jakarta yang membahas tentang musim kemarau yang maju 50-60% lebih cepat dari biasanya.
"289 ZOM atau sejumlah 41% wilayah memasuki musim kemarau MAJU atau lebih awal dari Normalnya. 200 ZOM atau 29 % wilayah memasuki musim kemarau SAMA dengan Normalnya," ujarnya.
"Dan, 95 ZOM atau 14 wilayah memasuki musim kemarau MUNDUR atau lebih lambat dari Normalnya," jelas Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam Konferensi Pers di Jakarta beberapa waktu lalu.
Hal yang paling terkena dampak dari El Nino ini adalah sektor pertanian. Di mana Indonesia termasuk negara tropis yang hampir semua bahan-bahan pertanian membutuhkan air.
Utamanya dalam pengelolaan sawah tempat menaman padi yang menjadi makanan pokok masyarakat Indonesia.
Dampak-dampak yang ditimbulkan El Nino pada umumnya membuat suhu permukaan air laut sekitar Indonesia menurut, diakibatkan oleh berkurangnya pembentukan awan dan membuat curah hujan jadi menurun.
Namun kepala BMKG, Dwikorita Karnawati juga mengungkapkan beberapa dampak yang bisa terjadi, diantaranya, bencana kekeringan meteorologis, kekurangan air bersih, kebakaran hutan dan lahan.
Sebab itu, untuk meminimalisir dampak buruk yang mungkin akan terjadi. Kementrian pertanian menyiapkan langkah strategis untuk mengatasi kemarau panjang, diantaranya:
Artikel Terkait
Gempa Mag 6,6 Guncang Tuban, Terasa hingga Bangkalan bahkan Luar Provinsi, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami
BMKG Akhiri Peringatan Dini Tsunami untuk Wilayah Sumatera Utara, Usai Gempa Kepulauan Mentawai M 7.3
BMKG Sebut Gelombang Panas Asia Selatan Tak Ada Kaitan dengan Suhu Maksimum di Wilayah Indonesia
BMKG Sebut Gerhana Bulan Penumbra (GBP) Hiasi Langit Indonesia pada 5-6 Mei 2023, Simak Selengkapnya!
Warning, BMKG Beri Peringatan Gelombang Tinggi 2,5 M Bakal Terjadi di Selat Badung dan Lombok